Thursday, March 31, 2011

Thursday, March 24, 2011

just be STRONG

Jumat lalu saya membaca kabar yang mengejutkan. Masih mengenai kuliah. Saya akan diuji oleh 2 orang dosen yang salah satunya adalah dosen yang paling saya takutkan sejak tugas penilaian tugas pertama di semester 2 turun.
Karena tidak yakin, saya pergi ke kampus untuk mencari pengumumannya. Setelah ketemu, saya dapati ada 4 baris nama di sebelah nama saya. Ternyata ada 3 dosen yang akan menguji hasil tugas akhir saya di kolokium 1 nanti. Saya shock, saya menjerit. Ok, I'm gonna be fine, just do my best now. Begitu kata saya saat itu.
Saya heran lagi, setelah saya cari dari sekian banyak nama temanteman saya, hanya nama saya dan seorang kakak senior yang akan diuji oleh 3 dosen. Kenapa hanya 2 orang dari sekian puluhan orang?? Mungkin karena judul Tugas Akhir saya yang 'menarik perhatian'nya. Lalu, bagaimana dengan judul Tugas Akhir si senior? Apa judulnya?? Entahlah..

Hari H pun tiba. Kolokium 1 dengan 3 orang dosen penguji dan seorang dosen pembimbing. Ternyata salah satu dosen penguji tidak datang, ibu dosen yang disinyalir sangat memahami konsep dari judul Tugas Akhir yang saya angkat. Dengan percaya diri saya presentasikan didepan 2 orang bapak dosen dan seorang ibu dosen. Meskipun pada akhirnya presentasi saya di jatuhkan oleh seorang dosen, tapi saya masih bisa mengatasinya. Ya, ada manis dan ada kecut. itu sudah biasa.

Entah kenapa hari itu saya terlalu santai dan tidak memikirkan bagaimana dengan seorang dosen penguji yang tidak masuk itu. Saya Pulang.

Keesokan harinya, saya membuka pembicaraan dengan seorang teman baik yang sudah lulus semester lalu. Dia mendorong saya untuk segera menghubungi dosen koordinator untuk melanjutkan di Kolokium 2. Dengan bergegas saya mengirim pesan pendek ke ibu dosen, lalu segera berangkat ke kampus. Besok saya akan diuji seorang diri oleh Sang Ibu Dosen. Saya harus bisa lebih yakin dari hari sebelumnya.

Tiba waktunya saya untuk diuji di kolokium 1 seorang diri di meja kerja sang ibu dosen. Hari ini. Sanggahansanggahan kecil mulai tampak di tengahtengah presentasi. Saya masih bertahan. Menginjak penampilan sketsa perspektif desain saya, mulai muncul sanggahansanggahan yang sedikit menohok pertahanan saya. Dan akhirnya mulai datang bertubitubi berbagai sanggahan, bantahan yang menghantam saya. Saya baru mulai goyah.

Sebenarnya saya paham, apa yang beliau katakan, jauhjauh hari saya sudah mengerti. Karena semua yang ada di uneguneg saya mulai terkuak satu persatu. Bimbingan yang saya dapat dari satu semester yang lalu terasa seperti abstrak. Saya justru mendpat bimbingan yang benar dari sang ahli. Meskipun merasakan di'bantai habishabisan', tapi saya juga merasakan adanya titik terang. Hanya saja masih ada beberapa hal yang memang saya merasa kesulitan untuk membenarkannya.

Semakin terkuak, rahasiarahasia kecil sedikit menganga. Saya tidak tahu apakah yang lakukan ini benar atau salah. Tapi saya merasa baikbaik saja. Semoga saya tidak menyesal dan terus bersyukur. Tanpa saya sadari, ada yang mengembun di mata saya, lalu mengalir lembut ke pipi saya. Kata maaf pun meluncur dari mulut saya, sang dosen bilang sedikit terharu. Entah apa ini. "Ini kolokium, ato asistensi, ato curhat sih?"
Tapi dari dalam hati saya, saya jujur, saya lega.

Keluar dari ruangan, saya masih belum berhenti mengeluarkan air mata. Terima kasih temanteman, tapi saya lebih tahu keadaan saya, saya lebih mengenal diri saya.

Terlalu banyak yang ada di pikiran saya, terlalu banyak target yang mereka minta, terlalu banyak revisi yang harus saya kerjakan, terlalu banyak ragam karakter mereka. Dan jujur, terlalu sulit untuk menyeimbangkan keinginan mereka berlima(3 dosen penguji, 1 dosen pembimbing dan 1 dosen koordinator) untuk dijadikan satu kesatuan yang indah. Karena mereka terlalu kuat. Dan saya begitu berbeda dengan mereka yang berjalan dengan 4 dosen saja.

Tapi saya percaya, saya dilahirkan untuk menjadi kuat.
I WAS BORN TO BE STRONG!

Sunday, March 13, 2011

where am i for some last year??

Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Dan itu sudah menjadi hukum alam. Seperti itulah yang saya dan pastinya banyak orang yang juga merasakannya.

Saya sudah 3,5 tahun lebih duduk di bangku kuliah dan bertemu dengan komunitas baru setelah 12 tahun lebih berada di bangku sekolah dimana saya sekolah di satu kota yang saya akan menemukan orangorang yang sama dengan dimana saya tinggal.

Duduk di bangku kuliah dengan bertemu temanteman dari berbagai macam asalusul dan daerah yang berbeda serta membawa berbagai kultur dan berbagai macam semangat dalam berkarya.

Hanya sebatas basabasi, saya adalah salah satu orang aneh yang tidak terlalu perlu untuk dibahas dan tidak terlalu penting untuk diramaikan. Saya hanya sebuah aksentuasi dari berbagai banyak manusia dan kulturnya di kelas saya.

Sistem orientasi dan birokrasi kampus membuat perut saya mual dan kepala saya pusing. Di dukung dengan kondisi iklim lokal kampus serta keadaan lingkungan sekitar yang bisa dikatakan dapat membunuh diri perlahanlahan, saya bukan orang yang bersemangat memperjuangkan sesuatu selama kuliah. Saya hanya seorang yang pasrah dan belajar ikhlas.

Berbagai macam kebusukan mulai terkuak satu persatu di balik tirai nama besar sebuah perguruan tinggi.

Saya lihat dari perjuangan temanteman kuliah saya-yang pada akhirnya memutuskan untuk mempercepat satu semester masa kuliahnya-ketika harus memenuhi satu persyaratan kelulusan. Mereka bilang, ''UUD, ujung ujungnya duit''.

Saya memiliki seorang teman. Dia adalah seorang pejuang. Dia berusaha keras melawan panasnya kota dibalik atap mobilnya yang sudah pesok sanasini, berusaha bertahan ketika mimisan menyerang karena meningkatnya suhu kota ditengahtengah tugas kuliah yang mendera, berjuang begadang bersama di sebuah restoran fastfood sambil cucimata. Dan beberapa jam setelah tulisan ini selesai, ia akan melaksanakan wisuda. Dan kemudian akan kembali ke kota asalnya dengan segera-menaiki mobil perjuangannya-bersama keluarga yang sudah menjemputnya. Alasan ia ingin segera lulus hanya satu dan sangat sederhana. Dia hanya ingin segera pulang dan kembali berada ditengatengah keluarganya yang hangat. Menurut dia keadaan di kota ini tidak kondusif dan tidak sesuai dengan dirinya. Tentunya saya juga berpikiran yang sama.

Sebelum dia pulang, 24 jam lebih sebelumnya, saya mendatangi rumahnya untuk menagih janjinya. Meminjami saya beberapa buku bagus untuk melengkapi laporan tugas akhir kuliah saya. Dan ya adanya, bukunya memang bagusbagus.

Bukan buku dengan hardcover atau harga yang mahal, tapi buku dengan kualitas isi yang tidak pernah saya dapat ketika kuliah. Hanya buku dengan fotokopifotokopi yang tentunya dilarang oleh undangundang. Tapi kami hanya mahasiswa yang ingin mendapatkan ilmu maksimalis dengan modal yang minimalis.

Beberapa bulan yang lalu sebelum ia menjalani sidang akhirnya, ia berpesan pada saya untuk memaksimalkan fasilitas perpustakaan pusat di kampus selama masih kuliah, banyak buku bagus disana tapi kita tidak pernah tahu dan terlalu sibuk mencari hasil indeks prestasi yang tinggi agar masuk daftar peringkat 5 besar di jurusan.

Benar adanya bukubuku yang saya bawa pulang darinya adalah bukubuku yang harus saya miliki. Ketika saya sedang iseng membukanya di kamar kost saat terjaga, bukubuku ini membuka pikiran saya. ''kemana saja saya beberapa tahun ini?? Oh, ibuk, bapak.. Ijinkan aku untuk menambah satu semester lagi agar bisa mendapatkan bukubuku sejenis ini dari perpustakaan kampus... Kemudian saya akan menjadikannya sebuah perpustakaan mungil dalam rumah... Tapi ibuk, beberapa hari yang lalu kau mengatakannya...''

Jujur saya tidak menyangka, teman saya yang begitu periang dan sangat cuek tapi juga genit ini ternyata punya dedikasi yang tinggi terhadap bukubuku di perpustakaan setelah beberapa tahun yang lalu ia sempat menyumpahserapahi kampus tempatnya kuliah. Saya tertawa saja. Ia juga sempat ogahogahan mengenal Negerinya sendiri. Tapi sepertinya tugas akhir kuliah membuat perubahan pada pola pikirnya. Ia akan keliling Nusantara karena banyak hal yang tersirat dari setiap suku dan budaya yang ada. Ia akan semakin tahan banting di tempat perjuangan selanjutnya setelah satu semester ia berhadapan dengan dosen pembimbing yang membuatnya menangis hampir putus asa di sidang akhirnya. Dan akhirnya ia mempelajari budaya Jawa di tugas akhirnya setelah empat semester ia bermain dengan modern chic, modern natural, dan futuristis.

Selamat jalan, teman...

Selamat kembali ke rumahmu yang hangat...

Semoga kau sukses disana!

Jangan lupa layangkan selembar pemberitahuan di hari bahagiamu... ;)

Indonesia menunggumu untuk kau puji...

''next journey mau kemana??'' :D