Saya sudah 3,5 tahun lebih duduk di bangku kuliah dan bertemu dengan komunitas baru setelah 12 tahun lebih berada di bangku sekolah dimana saya sekolah di satu kota yang saya akan menemukan orangorang yang sama dengan dimana saya tinggal.
Duduk di bangku kuliah dengan bertemu temanteman dari berbagai macam asalusul dan daerah yang berbeda serta membawa berbagai kultur dan berbagai macam semangat dalam berkarya.
Hanya sebatas basabasi, saya adalah salah satu orang aneh yang tidak terlalu perlu untuk dibahas dan tidak terlalu penting untuk diramaikan. Saya hanya sebuah aksentuasi dari berbagai banyak manusia dan kulturnya di kelas saya.
Sistem orientasi dan birokrasi kampus membuat perut saya mual dan kepala saya pusing. Di dukung dengan kondisi iklim lokal kampus serta keadaan lingkungan sekitar yang bisa dikatakan dapat membunuh diri perlahanlahan, saya bukan orang yang bersemangat memperjuangkan sesuatu selama kuliah. Saya hanya seorang yang pasrah dan belajar ikhlas.
Berbagai macam kebusukan mulai terkuak satu persatu di balik tirai nama besar sebuah perguruan tinggi.
Saya lihat dari perjuangan temanteman kuliah saya-yang pada akhirnya memutuskan untuk mempercepat satu semester masa kuliahnya-ketika harus memenuhi satu persyaratan kelulusan. Mereka bilang, ''UUD, ujung ujungnya duit''.
Saya memiliki seorang teman. Dia adalah seorang pejuang. Dia berusaha keras melawan panasnya kota dibalik atap mobilnya yang sudah pesok sanasini, berusaha bertahan ketika mimisan menyerang karena meningkatnya suhu kota ditengahtengah tugas kuliah yang mendera, berjuang begadang bersama di sebuah restoran fastfood sambil cucimata. Dan beberapa jam setelah tulisan ini selesai, ia akan melaksanakan wisuda. Dan kemudian akan kembali ke kota asalnya dengan segera-menaiki mobil perjuangannya-bersama keluarga yang sudah menjemputnya. Alasan ia ingin segera lulus hanya satu dan sangat sederhana. Dia hanya ingin segera pulang dan kembali berada ditengatengah keluarganya yang hangat. Menurut dia keadaan di kota ini tidak kondusif dan tidak sesuai dengan dirinya. Tentunya saya juga berpikiran yang sama.
Sebelum dia pulang, 24 jam lebih sebelumnya, saya mendatangi rumahnya untuk menagih janjinya. Meminjami saya beberapa buku bagus untuk melengkapi laporan tugas akhir kuliah saya. Dan ya adanya, bukunya memang bagusbagus.
Bukan buku dengan hardcover atau harga yang mahal, tapi buku dengan kualitas isi yang tidak pernah saya dapat ketika kuliah. Hanya buku dengan fotokopifotokopi yang tentunya dilarang oleh undangundang. Tapi kami hanya mahasiswa yang ingin mendapatkan ilmu maksimalis dengan modal yang minimalis.
Beberapa bulan yang lalu sebelum ia menjalani sidang akhirnya, ia berpesan pada saya untuk memaksimalkan fasilitas perpustakaan pusat di kampus selama masih kuliah, banyak buku bagus disana tapi kita tidak pernah tahu dan terlalu sibuk mencari hasil indeks prestasi yang tinggi agar masuk daftar peringkat 5 besar di jurusan.
Benar adanya bukubuku yang saya bawa pulang darinya adalah bukubuku yang harus saya miliki. Ketika saya sedang iseng membukanya di kamar kost saat terjaga, bukubuku ini membuka pikiran saya. ''kemana saja saya beberapa tahun ini?? Oh, ibuk, bapak.. Ijinkan aku untuk menambah satu semester lagi agar bisa mendapatkan bukubuku sejenis ini dari perpustakaan kampus... Kemudian saya akan menjadikannya sebuah perpustakaan mungil dalam rumah... Tapi ibuk, beberapa hari yang lalu kau mengatakannya...''
Jujur saya tidak menyangka, teman saya yang begitu periang dan sangat cuek tapi juga genit ini ternyata punya dedikasi yang tinggi terhadap bukubuku di perpustakaan setelah beberapa tahun yang lalu ia sempat menyumpahserapahi kampus tempatnya kuliah. Saya tertawa saja. Ia juga sempat ogahogahan mengenal Negerinya sendiri. Tapi sepertinya tugas akhir kuliah membuat perubahan pada pola pikirnya. Ia akan keliling Nusantara karena banyak hal yang tersirat dari setiap suku dan budaya yang ada. Ia akan semakin tahan banting di tempat perjuangan selanjutnya setelah satu semester ia berhadapan dengan dosen pembimbing yang membuatnya menangis hampir putus asa di sidang akhirnya. Dan akhirnya ia mempelajari budaya Jawa di tugas akhirnya setelah empat semester ia bermain dengan modern chic, modern natural, dan futuristis.
Selamat jalan, teman...
Selamat kembali ke rumahmu yang hangat...
Semoga kau sukses disana!
Jangan lupa layangkan selembar pemberitahuan di hari bahagiamu... ;)
Indonesia menunggumu untuk kau puji...
''next journey mau kemana??'' :D
2 comments:
ini cerita ttg si widya yaa?? hahahha
eniwei, kenapa foto2 absurb gueh ikut kepajang yak? oh luciiii...--"
uhumm...
absurd adalah a part of our life...
whatever, yg jelas hidup kita bakal monoton kalo gak ada yg absurd..
hehehe...
it's fun! yey!! xD
Post a Comment