Saturday, January 28, 2012

Hitam milik saya



Tibatiba saja tampilan blog saya berubah. Dari warna hitam pekat menjadi sangat berwarna seperti ini. Bukan karena imingiming atau sejenisnya, tapi lebih kepada bosan saja. Bosan itu saja. Bosan. Hitam, ada berbagai makna yang tersembunyi di balik warna hitam. Hitam itu bukan warna. Tapi banyak orang menyebutkan hitam itu warna.


Menurut Kobayashi, pada imageboard nya yang terkenal, sifat warna di bagi menjadi 4 kutub. Soft, warm, hard, dan cool. Warna hitam termasuk dalam kutub Hard dan sebagian pada kutub warm dan cool. Di setiap kutubnya memiliki berbagai macam sifat warna yang memberikan kesan masingmasing dari yang ditimbulkan. Kesan yang ditimbulkan pada warna makanan, warna pakaian, komposisi warna dalam lukisan maupun fotografi, komposisi warna dalam interior, dan sebagainya dan sebagainya.

Color chart - Kobayashi (1996)


Bila dilihat dari colorchart di atas, warna hitam memiliki sifat gorgeous, dynamic, provocative, vibrant, luxurious, wild, masculine, sharp, straight, formal, modern bahkan chic. Namun, sebagian orang menilai bahwa warna hitam memberikan kesan gelap, kusam, kelam, gothic, bahkan emo. Menurut saya, warna hitam itu misterius, karena ia dapat memberikan banyak makna di berbagai kondisi. Seperti pada desain interior, warna hitam memberikan kesan netral, minimalis, elegan, luxurious, anggun, dan juga formal. Kemudian secara dinamis, warna hitam bisa bersatu dengan warna apapun dan ia akan memiliki kesan dan makna yang berbedabeda di setiap perpaduannya.

 Hitam. Ya saya penyuka warna hitam. Saya pikir temanteman saya sudah banyak tahu itu. Namun bukan berarti hidup saya hitam, kelam, kusam, gothic, emo. Tunggu. Gothic merupakan karakter style arsitektur yang cukup terkenal pada masa Renaissance sebelum style Classic berjaya. Entah bagaimana mulanya, nama gothic bisa menjadi style fashion dalam make-up. Warna gothic dalam arsitektur  selain hitam juga ada abuabu dan krem, ngeblok, seperti itulah kurang lebih. Kemudian Emo. Saya juga masih bingung darimana kata emo ini muncul. Ada yang bilang Emo merupakan kependekan dari kata EMOsional dan banyak remaja masa kini menggunakan kata EMO sebagai style fashion mereka. Entahlah. Baiklah kembali lagi. Saya penyuka warna hitam dalam halhal tertentu. Nyatanya saya cenderung memilih warnawarna "warm" dengan karakter casual, dynamic, flamboyant, bahkan warna etnik dalam desain interior dan fashion daripada minimalis atau modern.

Style Gothic pada arsitektur dan interior

rame kan? warnawarni!! :D


Teman saya pernah gemes melihat saya selalu memilih warna hitam dalam sebuah pilihan. Lalu suatu ketika saya beralih memilih warna cokelat ketika saya memilih suatu barang bersama dia. "Tumben cokelat? Biasanya hitam", begitu katanya. "Yah, lebih mending lah ada warnanya daripada hitam terus. Tapi tetep, lempenglempeng aja." Hahaha.. baiklah...
Bukan berarti saya penyuka hitam lalu semuanya serba hitam atau cokelat lalu semuanya serba cokelat. Tidak. Dalam hal tertentu saya memilih warnawarna tersebut. Warna tersebut netral. Lalu bisa saya padupadankan dengan warnawarna lain yang berwarnawarni. Itu maksud saya.

Warna blog saya yang lalu berwarna hitam itu juga bukan berarti saya kelam, misterius, kusam, galau (istilah ini benarbenar musim saat ini), suram. Saya hanya sedang bosan saja dengan warna hitam. Kata penikmat desain dan seni, karya visual bila diletakkan/dimonting dengan frame warna hitam, bisa memberikan efek dramatis. Mungkin beberapa sependapat, mungkin beberapa yang lainnya tidak. Tapi saya sependapat. Setiap karya saya bila di frame berwarna hitam berasa dramatis (apalagi kalo dosen saya memberi nilai A+, begitu amat sangat dramatis! Hahahaha). Jangan bicara soal nilai dalam karya seni. Semuanya subjektif! Tidak ada bagus tidak ada jelek. Tergantung mata memandang.

Jadi, kalau blog saya berwarna hitam, bukan berarti saya kelam. Blog boleh hitam, tapi hidup tetap berwarna. Rasarasanya warna ini hanya sementara. Saya agak sakit mata melihatnya. Tapi konyol memang, saya suka saja. So, selamat menikmati warna kesukaanmu.. :)


Friday, January 27, 2012

Omong Kosong

Bukan.. Bukan tentang cerita cinta. Saya belum pernah menemukan cinta. Yang saya tahu tidak ada cinta di dunia ini, selain cinta padaNya.

Suatu ketika saya sedang mengerjakan suatu pekerjaan, tibatiba rasa bosan datang menggerogoti otak saya. Ya, tibatiba saja. Rasa bosan yang tibatiba datang ketika saya sedang serius itu menyebalkan. Selalu mengganggu harihari indah saya. Agar hari indah itu kembali, saya memilih untuk memikirkan yang indahindah saja. Atau saya memilih tertawa.

Memikirkan yang indahindah itu bermacammacam. Lalu saya memilih memulai dengan intipintip blog temanteman untuk dibaca. Tentu baca blog teman ketika bapak menejer yg terhormat tidak ada di tempat. Makan gaji buta? Katakan saja ya, lalu Anda juga akan mencari kesempatan yang sama ketika merasakan yang saya alami. Kembali lagi. Ketika blog itu terasa menyesakkan perasaan saya, saya memilih intip blog yang lainnya. Banyak peer untuk menikmati blogblog yang menampilkan videovideo gila! Gila aja, video dibikin dari ribuan foto selama sejam. Saya lebih memilih melanjutkan perjalanan, mungkin. Tapi hasil videonya begitu ciamik! Cukup membuat saya iri karena tidak mempunyai kemampuan seperti itu. Ah, jadi merindukan jalanjalan.

Ya, akhirnya pikiran saya beralih merencanakan perjalanan yang selanjutnya. Merencanakan itu menggunakan pikiran. Pikiran itu menggunakan perkiraan juga. Itu berarti saya berkhayal. Seperti yang sudahsudah, saya hanya berkhayal. Karena pada kenyataannya, saya harus menahan niat saya untuk berjalanjalan. Sedih memang, tapi masih ada kewajiban yang harus saya kerjakan.

Saya ingat suasana rumah yang kacaubalau. Sudah 3 bulan. Manis di luar, asam di dalam. Tidak, ini bukan tentang lagu pop 90an -madu dan racun. Ah, menata rumah itu butuh berpikir dan banyak perhitungan, berpikir itu tidak untuk kepentingan sendiri, tapi banyak pihak, penghuni rumah lainnya. Mungkin saya sudah penat, hingga sesekali saya memilih mendengarkan musik, ato menulis, ato bahkan menggambar sambil menahan diri untuk tidak mencari pensil warna.

Menggambar itu butuh kreativitas. Ah, terlalu berat bila membahas kreativitas. Berat karena kreativitas saya seperti di belenggu. Saya sendiri hampir mati kutu berhadapan dengan excel, tidak tahu apaapa, sedangkan saya lebih berminat menarik garis atau menggoreskan cat air meskipun tidak ahli. Ideide segar itu diperlukan untuk keberlangsungan kesehatan otak saya.

Menggambar, menulis, menari, merajut, dll utk mengisi waktu saya. Mmm, otak saya yang mulai berkarat. Berkarat memikirkan banyak hal. Berpikir saja, tidak ada yang dijalankan, itu semacam omong kosong, kata bule, "Bullshit". Memang butuh proses, tapi nyatanya yang tau kemajuan proses itu hanya diri saya. Jadi rindu masamasa kuliah yang tidak pernah berhenti mengerjakan tugas. Sampah serapah bermunculan dari mulut. Namanya sumpah serapah tak seindah lagu Farid Harja, "ooouwoooo aku rindu...katakan padanya, aku rinduu... Oh, buruung.. nyanyikanlah....katakan padanya aku rinduuu..."

Bicara rindu, rindu itu saya pernah ingin sampaikan pada sesorang. Tapi saya urungkan. Niat saya memberikannya syal hangat agar bisa menemani menghangatkan tubuhnya ketika di perjalanan juga saya urungkan. Pikiran saya pendek, sependek poni rambut saya yang membuat muka saya terlihat aneh -padahal sudah adanya begitu memang aneh- seperti kuku jari manis kiri saya yang lebih pendek dari jari manis kanan. Rindu ini lebih pantas saya sampaikan pada yang layak mendapatkannya. Tapi bukan anak tante 'macam itu' yang berniat mengajak ibu saya menjadi besan. Lebih padanya yang mau menemani saya menumpahkan ide gila saya. Maaf tante, saya yakin tante tau saya sedang menulis apa.

Saya pernah punya ide gila ketika musim FIFA World Cup 2010, musim lagu Wafin Flag. Lukis wajah kami, lalu kami akan meneriakkan Wavin Flag di perempatan kota. Berlari dan mengibarkan bendera kedamaian, kami kibarkan juga semangat keadilan. Halah! Yah, memang ide gila yang terlaksana di khayalan saja, tapi saya masih penasaran rasanya mengamen di taman kota. Atau mungkin kembali menari melakukan pacakgulu. Hahaha, terlalu banyak yang ada di khayalan saya. Saya rasa itu wajar, karena to be different is to be out of the box. Dan to be different saya ini baru sebatas khayalan saja. To be out of the box? Yah, saya memang beruntung, Tuhan memberi saya otak yang bisa gila dan bisa normal. Jadi saya tidak perlu melankolis terhadap benangbenang rajut untuk syal yang tak bertuan itu. Masih banyak hal yg bisa saya lakukan selain jalanjalan. Jalanjalan menjelajahi blog nya. Ah, itu nyesek, bodoh! Pikirkanlah yang indahindah. Yang indah hanya satu ternyata, Indonesia itu indah. Dan 'kamu' jg indah. Hahaha

Baiklah sobat, saya belum memerlukan pendamping untuk kukatai bahwa kau indah. Belum perlu pendamping untuk to be different. Dan untuk 'kamu', tidak perlu bersusahsusah menyelami hati saya, saya masih brengsek. Seperti saya yang laulalu, saya masih congkak. Biarlah. Biarkan saja mereka bermainmain dengan otak saya. Tapi mereka tidak perlu bersusahsusah mengintimidasi saya. Seperti rumah saya yang kacaubalau. Tenang saja. Dan biarkan ''look at my BRAin, not my BRA'' itu muncul. Terkesan seronok memang. Tapi katakata itu muncul begitu saja. Ternyata pikiran saya sedang bermainmain mengintimidasi pikiran saya sendiri. Ya, seperti kata "ada PENDEK dalam PENDEKatan, lalu untuk apa berlamalama?" Hahaha gak nyambung memang. Tapi nyatanya saya menikmati masa itu, bodoh? Ya begitulah adanya. Bukan bodoh, tapi terlalu polos. Ah, saya bukan perempuan lugu, bukan LUcu-GUoblok tentunya. Saya kadang terlalu dewasa, mendewakan sesuatu yang tidak perlu. Saya memang polos? Saya sudah dewasa? pikirkan saja lagi.

Seperti saat ini, yang tidak perlu itu nyatanya selalu eksis, "penting gak penting yang penting penting penting banget", lalu saya sadar, saya ini menulis apaan...

Tuesday, January 24, 2012

"thousand reason to stay"




Kepadanya-lah Rindu itu kusampaikan
Kepadanya-lah senyum ini kupersembahkan







Kepadamu yang sedang berjuang di negeri Renaissance lahir,
masih ada sejuta peluk hangat untukmu di sini
Aku yang akan menjemputmu
atau kau yang akan pulang
Mimpi kita yang dulu masih menunggu untuk dijamah






Masih tersisa jutaan rindu di sini
untukmu semua.. yang ada di Tanah Pertiwi...






*sedang memutar : mocca - on the night like this*

Wednesday, January 18, 2012

Smile!!

Beberapa hari yang lalu saya ubegubeg file di laptop saya. Lihat satu folder yang isinya tentang beberapa file mentahan, hasil scan, fotofoto jaman SMA. Pas itu saya masih bermainmain dengan PC berkekuatan Pentium 2 yang maksa pake corel 11. Kekuatannya superb! Superb lemotnya! Haha..
Eh, saya nemu satu gambar scan. Ini dulu saya gambar pas SMP kelas 3. Saat itu saya belum tahu cara menyimpan karya dengan menyematkan tanggal dan waktunya di sudut karya. Tapi saya sangat ingat betul, konsep awal gambar ini dibuat untuk apa. :)


Well, lihat saja nanti, ini gambar mau saya jadikan apa. :))

Thursday, January 12, 2012

Kepada Si Pembuat Sakit Hati...

Tuhan memang Maha Kuasa.. Ia lah yang berhak membolakbalikkan hati manusia.
seperti saya saat ini, Tuhan begitu paham, hati saya mudah dibolakbalikkan, maka Ia membuat hati saya aduhai.. galau nian.. hahaha

Perasaan ini seperti sebal, kecewa superb! saya merasa saya manusia terbodoh di dunia. ya, kita memang berhak merasa diintimidasi suatu waktu, tapi tidak untuk seterusnya. Bila saya ingat hati ini terasa dipermainkan oleh waktu, maka serasa menciut nyali saya. saya merasa seperti terpuruk.

Masalah itu memang selalu datang, tapi masalah datang agar kita belajar. Ketika saya merasa dihakimi oleh asmara, tibatiba masalah keuangan tidak mau kalah eksis. Lalu si psikis mulai mendaftar. Kemudian keluarga seperti bukan tempat yang tepat untuk berpulang. Sepertinya saya butuh kertas untuk menumpahkan cat poster saya yang mulai mengering.

Ketika saya butuh tersenyum, atau bahkan tertawa, tidak ada seorang pun yang mampu menolong saya. Bukan orang lain, bahkan diri saya sendiri saja tak mampu. Saya bisa tertawa puas, tapi bisa jadi itu palsu. Ketika saya merasa dibodohkan oleh perasaan, maka otak saya tidak berhenti bekerja. Bekerja mencari sesuatu yang membuat saya bodoh, sekaligus mencari kesibukan baru. Sok sibuk. Ya, saya pemikir.

Hati saya sakit, otak saya ikut sakit, badan saya juga sakit, saya terseokseok saat berjalan. Saya ingin menyuarakan, tapi pita suara saya tidak bekerja. Bahkan saya juga tidak mampu mengatakan kepada si pembuat sakit hati. Hanya ingin bilang,
"Saya sakit hati karena ulahmu"
itu saja. Tapi apakah dia punya hati, bahkan untuk membaca tulisan ini? Karena saya tahu si pembuat sakit hati tidak akan mau mendengarkan saya. Atau mungkin ketika melihat nama saya di inbox ponselnya mungkin ia sudah langsung menghapus tanpa membaca bahkan membuka pesannya. Melihat nama saya di layar panggilan ponselnya bisa jadi dia memilih tombol merah. Saya jengkel, saya marah, saya kecewa, saya dibodohi. Tapi apa pedulinya? Karena dia tidak punya hati? kalau dia punya hati, maka dia akan memperbaiki hati saya dengan cara baikbaik dan hatihati tentunya. Toh dia pasti menikmati hariharinya dengan 'saya' yang lainnya tanpa mempedulikan hati saya.

Ah, saya terlalu panjang menulis yang beginian. Tidak bisa bersuara, tapi jari saya hanya bisa menari diatas tuts keyboard saja.
Seperti perang dalam tulisan.
Abaikan saja. Tidak penting, seperti saya kok.

Tuhan yang Maha Kuasa tahu, kalau saya ingin si pembuat sakit hati tahu bahwa saya sakit hati, saya juga tahu kalau Tuhan tahu saya ingin Tuhan menyampaikan rasa sakit hati saya ini kepada si pembuat sakit hati dengan caraNya yang indah...

Allahualam...

ps: kata teman saya, mungkin saya sedang PMS :O

Monday, January 9, 2012

Ruang kotak kecil hangat

Ruang kotak kecil ini terasa dingin, tak sehangat biasanya..

Isilah kotak itu dengan satu hal lagi..

Tidak bisa. Ia terasa dingin, karena ia tahu, aku akan meninggalkannya

Ia menggigil, hawanya terasa pucat pasi, sedikit terlihat sesekali tetesan air, yang entah apakah itu karena embun, tetesan hujan, ataukah ada hal lain,.

Ia mengembun karena hujan turun, menyambut malam tanpa bintang, pucat pasi karena bersih. Bahkan tempatku merebahkan diri pun tak menolong..

Adakah dia juga merasa apa yg kamu rasakan malam ini, dan tahukah kamu bahwa kotak itu telah menapaki jejak waktu yang begitu panjang bersama mu, lalu tiba-tiba saja kau putuskan untuk enyah. Merasa kah kau betapa bergetar luruh dirinya..?

Ia bicara dalam diamnya. Ia melihat dalam bisunya. Ia tahu apa yang menjadi hidupku. Dan aku tahu ia akan begitu seterusnya hingga waktunya tiba. Ia akan hidup melihat dan mendengar bersamaku yang lainnya..

Dan, tulislah sebait kata di sudut-sudut nya.

"I'll never forget u, we've spent much time together, always love you ever after"

your dearest one
"Aloysia"

Sudah kutinggalkan goresan pensil sesosok wajah, berbagai jenis perekat, segala rasa sayang. Biarkan aku yang baru menikmati apa adanya. Karena keculasan si penakluk bisa menghapus segalanya. Biarkan ia terekam dalam memori rasa, tergambar dalam guratan digital :)
aku memang melukainya. Meninggalkan banyak lubang ditubuhnya. Tp aku tahu, ia lebih tau, bahwa aku menyayanginya..

‎.. betapa dalam sekali rasa itu, hingga aku seolah ikut merasakannya,.

Surabaya070112







Dia tak rapi, tapi dia tau apa yang sudah menjadi diri saya dua tahun lebih ini.. Dia dan temanteman saya, tau apa yang sudah saya perbuat selama ini. Tapi dia lebih tau saya selama ini daripada mereka. Ia bernafas, melihat saya tersenyum, mendengar saya menangis, merasakan saya berbicara dalam udara, bersabar merasakan hentakan kaki saya, ia menghangatkan harihari saya. Ah, terlalu banyak kenangan, tapi saya tidak bisa diam saja seperti dirinya, saya harus bergerak. Terima kasih untuk semuanya.


Saturday, January 7, 2012

Madura dan Senyumnya



"wohoooo.....!!!"


Begitu teriak saya ketika saya dan motor saya sudah menginjakkan tanah Madura. Ya, Madura. Akhirnya tersampaikan juga keinginan saya untuk melakukan perjalanan ke Madura. Ini adalah dampak ‘kecanduan’ saya akibat kemarin berhasil melakukan perjalanan dari tanah orang ke tanah orang. Ya, dari Jogjakarta ke Magelang kembali lagi ke Jogjakarta, malam hari. Beruntung ada Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura yang bisa ditempuh selama ±10 menit saja, tidak perlu berlamalama menyeberang menggunakan ferry dan tidak perlu mengeluarkan kocek terlalu dalam, cukup dengan tiga ribu rupiah saja untuk melewati tol Suramadu.

Perjalanan dimulai dari rumah teman saya. Rencana keberangkatan jam 5 pagi harus batal karena cuaca di sekitar gerimis. Gerimis reda mulai pukul 5.45 waktu teman saya. Bekal sudah siap, tinggal berangkat. Kami berangkat, isi bensin, dan bayar tol. Suramadu.. perjalanan yang cukup panjang untuk melawan angin kencang di atas jembatan. Tapi perjalanan begitu menyenangkan karena cuaca juga cukup mendukung. Tidak panas, tidak pula hujan, tapi mendung. Teman saya mengingatkan saya untuk sholawat daripada berteriakteriak. Hehe..

Ng… teman saya ini perempuan. Ya, kami berdua perempuan yang akan melakukan perjalanan panjang menuju Kota Sumenep, Madura dengan mengendarai motor. Ya, berdua saja. Memang banyak yang gelenggeleng kepala melihat ulah kami. Tapi itu lebih baik daripada saya sendirian to? Hehe..

Madura itu.. Hijau! Begitu yang saya tangkap. Sepanjang perjalanan, saya mendapati hamparan sawah dan hutan yang masih hijau. Indah, sejuk! Hm… Sejuk? Mungkin karena cuacanya memang sedang bersahabat, tidak terlalu panas dan tidak terlalu mendung. Karena kata teman saya dari Madura, Madura itu panas, karena jalanan utamanya berada di pesisir pantai. Jalanan Madura tidak selebar jalanan di Kota Surabaya ataupun Gresik. Kotanya juga kecil. Harus mengalah bila berpapasan dengan truk. Jalan utama di pulau pemilik Karapan Sapi ini hanya satu, dan jalan itulah yang menghubungkan kota Blega, Sampang, Pamekasan dan Sumenep di jalur selatannya. Bila diteruskan bisa mengikuti jalanan jalur utara. Tapi, menuju ke Sumenep saja saya pikir sudah sesuatu, mengingat Sumenep adalah kota paling Timur di Madura.


Sepanjang perjalanan masih ditemani hamparan sawah dan hutan hijau. Rumahrumah penduduk di pinggir jalan luasnya hanya beberapa ratus meter saja. Sesekali melewati pasar yang cukup padat. Pasar Tanah Merah, pasar Blega, Pasar Camplong. Tak hentihentinya saya dan teman saya mengucapkan Subhanallah.. Madura begitu hijau! Tapi bisa jadi karena musim hujan sehingga tanaman tumbuh subur, tapi bisa jadi begitu kering ketika musim panas. Melewati kota Sampang disuguhi birunya laut.

“Woowww… woowww… apiiikkkk!!!” begitu teriak teman saya. Saya juga.

Dua jam sudah kami diperjalanan. Pukul delapan pagi, tapi saya masih mengendarai motor. Sesekali benak saya memikirkan, “masih jauh ini..masih 2 jam lagi sampai ke Sumenep.. ah.. aku menikmatinya!” Suguhan pantai di Sampang, dan hutan bakau serta pohon kelapanya begitu memanjakan mata. Bibir saya tidak berhenti tersungging di balik scraff. Saya senang! Saya senang dengan perjalanan saya ini, saya berharap bisa melakukan perjalanan seperti ini lagi ke kota lainnya.

“Selamat Datang di Kota Pamekasan”, papan itu terpampang besar di jalan. Kami berteriak lagi. Ya, terlalu heboh memang. Tapi ini memang kami. Haha..
“Wow!! Pamekasan!!! Yeesss….!! Habis Pamekasan, trus Sumenep..!!”
“Ya!!”
“Ya, tapi berapa kilo lagi juga gak tau.. hahaha….”Oke.
Kami memang menikmati perjalanan panjang ini. Kentungan di perut kami tibatiba berbunyi. Lapar, kami mau sarapan. Setiba di Kota Pamekasan, kami memutuskan untuk sarapan. Jam saya menunjukkan pukul 8.30 pagi. Sambil menunggu pesanan datang, saya mengirim pesan pendek kepada seorang teman yang akan menjadi guide kami di Sumenep. Kami segera makan, lalu segera beranjak. Sebelum pergi, saya memilih bertanya pada Ibu penjual soto ayam itu, si Ibu memberikan petunjuk, lalu kami pergi. Sempat nyasar dan salah arah, tapi syukurlah tidak jauh. Sempat pula ikut masuk ke dalam arus operasi polisi, tapi kami beruntung jadi ada yang ditanyai. Mengikuti apa kata si Bapak Polisi, kami melakukan perjalanan lagi.

Masih disuguhi dengan hamparan hijau sawah dan hutan, jalanan seperti milik kami. Ah, tidak juga. Hanya saja memang terasa sepi. Mungkin karena hari itu hari libur cuti bersama setelah natal, banyak orang bepergian atau mungkin hanya di rumah saja malas keluar. Sayang sekali saya yang suka jepratjepret meskipun hasilnya jelek, sedang memegang kendali motor, jadi tangan saya tidak bisa menjepret apa yang saya suka. Teman saya juga tidak berani untuk memegang kamera pocket saya, takut jatuh katanya. Yasudahlah, cukup saya rekam melalui mata saya dan saya simpan di ingatan saya saja.

“Sumenep-Sumekar”. Memasuki kota Sumenep. Merentangkan tangan, menikmati udara Sumenep. Masih dengan hutannya yang hijau. Dengan sabar kami melewati jalanannya. Sejam kemudian kami tiba di pusat Kota Sumenep, alunalun Sumenep, kami langsung menuju ke Keraton yang tak jauh dari alunalun. Disana kami bertemu dengan teman saya. Dia yang menjadi guide kami di Sumenep untuk beberapa jam kedepan.

Keraton sedang ramai, biasanya tidak seramai saat itu. Kata teman saya begitu. Keraton Madura tidak kalah bagusnya dengan Keraton Jogjakarta. Sayangnya, beberapa peninggalan Keraton Madura ini tidak dirawat. Contohnya saja pakaian Keraton yang semestinya bisa dipajang di manekin dengan replika pakaiannya seperti di Keraton Jogja, tapi pakaian ini malah lusuh, terlipat rapi namun robekrobek di dalam etalase kaca dengan warna yang mulai memudar dan kusam. Mungkin karena Keraton Sumenep ini sudah berhenti sejak tahun 1900 dan hanya dijalankan oleh Bupati bila ada event tertentu saja. Sedangkan Keraton Jogja masih beroperasi hingga saat ini.
Labang Misem, yang berarti Pintu Senyum, merupakan pintu gerbang Keraton Sumenep.


Ruangan ini masih digunakan untuk event tertentu oleh Bupati setempat.
Furnitur dan kolomnya begitu detail, masih khas dengan Majapahit sebagai Kerajaan utamanya.





Lorong menuju bangunan utama Keraton.
Detail arsitekturnya begitu indah! Keramik di tengah lorong seolah menujukkan bahwa Sumenep ini merupakan wilayah yang juga dihuni oleh para pendatang dari beberapa daerah, China misalnya. Karena Keraton Sumenep ini juga merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit.
Salah satu teras dari bagian utama Keraton.
Jendela tersebut menghubungkan langsung dengan salah satu ruang kamar dalam Keraton.
Ini kamar yang saya maksud. Detail dari tiap furniturnya begitu indah. Sayangnya, bagian dalam bangunan utama ini tidak dibuka untuk umum, tapi kami masih bisa melihat isi kamar melalui jendela. :D
Kamar lainnya.
Setiap detail ornamen di Keraton Sumenep ini tidak jauh berbeda dengan detail ornamen asal Jawa. Karena wilayah Jawa, terutama Jogjakarta, dan Sumenep dulunya merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit sehingga memiliki beberapa kesamaan dalam sentuhan seni yang diterapkan pada perabotnya.
Hmm.. begitulah kurang lebih analisa saya sebagai lulusan mahasiswa desain interior.. haha.. semoga tidak salah.
Keraton ini cukup sejuk, mengingat anginnya yang datang dari tanaman sekitar dan juga pohon beringin tua yang berada di sebelah bangunan Keraton. Namun, saya dan teman saya merasa ada yang berbeda ketika kami melihat kedua ruang kamar melalui jendela terbuka yang disediakan untuk dilihat para pengunjung. Angin yang kami rasakan lebih sejuk dari dalam ruangan daripada luar ruangan, padahal di dalam ruang kamar tersebut tidak terdapat pendingin ruangan sama sekali.

Mistis dan aneh kata teman saya, anginnya 'dingin'. Namun, menurut saya itu lebih karena karakter bangunan tua Keraton yang memiliki plafon yang yang cukup tinggi dan dinding yang cukup tebal. Selain itu, karena adanya perputaran angin dari dalam bangunan yang saya yakin masih terdapat halaman di bagian dalam Keraton tersebut dan terdapat berbagai macam tanaman rindang. Sayangnya saya tidak bisa membuktikannya secara langsung karena peraturan akses untuk para pengunjung.
Pintu ini merupakan akses memasuki ruangan utama Keraton. Pintu ini juga merupakan batas antara area pengunjung dengan area private Keraton. Megah dan indah!
Arca ini berada di salah satu bagian dalam bangunan Keraton
Mmm.. kalo dalam bahasa Jawa, yang seperti ini namanya Gebyok, biasanya ada di Jawa Tengah dan Jogjakarta. Kalo di Madura namanya saya kurang tahu. :P Pintu ini merupakan akses masuk menuju salah satu museum yang berada di dalam komplek keraton, dimana di dalamnya berisi perabot rumah tangga pada masa Kerajaan Sumenep berjaya.
Di dalam bangunan ini terdapat lonceng.Di belakang bangunan ini terdapat sebuah pohon beringin yang cukup besar,usianya sepertinya sudah sangatsangat tua :P
Mimbar ini terdapat di Pendopo Keraton, terdapat lambang Kota Sumenep, yaitu kuda bersayap. Konon, kuda bersayap dipercaya masyarakat setempat memang ada dan merupakan kuda tunggangan Jokotole.


Setelah mengitari bangunan utama Keraton, kami memasuki Taman Sare yang dulunya merupakan tempat pemandian bagi para Puteri Raja.

Kemudian kami memilih keluar dari komplek utama keraton, dan memasuki Museum Keraton yang terdapat di seberangnya.
Beberapa diantara isi Museum Keraton Sumenep. Gambar pojok kanan atas merupakan alat musik yang digunakan pada masa itu. Alat musiknya tidak jauh berbeda dengan Keraton Jogjakarta, karena masih samasama dari Kerajaan Majapahit.
Kereta yang terdapat di Museum. Kereta ini dibuat dari Inggris. Diameter rodanya mengalahkan tinggi teman saya! :P
Ranjang di dalam Museum Keraton Sumenep beserta detailnya.

Keluar dari keraton, kami memilih pergi makan siang, mencicipi salah satu makanan khas Madura. Salah satu saja, waktu kami mepet kalau banyakbanyak. Rujak Cingur khas Madura. Kota Surabaya juga memiliki makanan khas Rujak Cingur, tapi kami penasaran dengan makanan ini versi Madura. Ternyata Rujak Cingur di Madura memiliki versi yang berbedabeda, Rujak Cingur di Kota Pamekasan dan Sumenep itu berbeda rasanya. Teman saya bilang Rujak Cingur di Sumenep menggunakan sedikit cuka, sedangkan di Pamekasan tidak.
Rujak Cingur Khas Madura - Sumenep. Enak!
Rasanya memang jauh berbeda dengan Rujak Cingur Surabaya. Rasa petis rujak cingur Surabaya memang lebih ‘nendang’ daripada Rujak Cingur Madura. Tapi makanan ini begitu bersahabat di lidah saya. Bumbu kacangnya begitu terasa. Isi makanan dibalik bumbunya ada lontong, singkong, keripik singkong, sayur kangkung, ketimun dan tentu saja cingurnya!Selesai makan kami bergegas ke tujuan selanjutnya, Pantai Lombang (baca: Pantai Lombèng). Kata teman saya perjalanan menuju pantai Lombang hanya 30 menit. Perjalanan pun dimulai. melewati tracking yang cukup terjal (ehm, lebay). Jalanan menuju sang pantai tidak begitu bagus dan becek. Sesekali saya teriak karena si ban motor harus melewati lubang jalan dan kubangan air. Perjalanan menuju pantai masih dengan khas Madura, hijau dan hijau. Adem!
Pintu masuk Pantai Lombang (Sumber : google.co.id)
Tiba juga di pantai. Disambut oleh pepohonan Cemara Udang. Rindang dan teduh. Berjalan lagi dan saya akhirnya melihat bibir pulau.. Pantai! Pantai Lombang ini ombaknya tidak seseram pantai yang sering kita lihat. Pantai Lombang ombaknya cukup tenang, dan worth it lah untuk bermainmain. Di Pantai Lombang disediakan penyewaan kuda untuk mengelilingi pantai. Tapi (lagilagi) kami terlalu menikmati bermainmain di pantai. Sekedar saling mengolok, bercerita, bermain air, dan berfotoria.
Pantai yang tenang dan menyenangkan
Saat itu cuacanya memang sedang bersahabat. Tidak terlalu panas dan menyenangkan untuk bermaianmain saat liburan.
not the best shoot of all, but I was happy to be there :)
kami bermainmain :P
Beginilah hijaunya Madura saat itu..
Hijaunya memang benarbenar menyegarkan mata.

Ah, sayang sekali waktu kami singkat. Temanteman baik dari Sumenep masih ingin membawa kami mengelilingi Madura, tapi saya dan teman saya harus pulang.
"Sudahlah, besok bolos kerja saja... sehari lagi... aku bawa kalian ke Pantai Slopeng, ke gua yang bagus, Asta Tinggi, dan ke tempat-tempat menarik lainnya.."
"Ah.. sayang sekali... kami tidak bisa..."
Ya, saya jadi punya hutang untuk sekali lagi mendatangi Madura. Masih ada Pantai Slopeng yang ingin sekali temanteman Sumenep ajak kami pergi kesana, wisata gua-entah apa namanya, Asta Tinggi, dan saya yakin masih ada beberapa tempat lainnya. Sebelum kami keluar dari pantai, kami masih mampir untuk makan Rujak Cingur Madura lagi. Hehe..Jam tangan saya menunjukkan pukul 16.45. Kami bergegas pergi setelah perpisahan yang diberatkan temanteman Madura. Mereka ingin kami menetap semalam di sana, karena cuaca mendung dan gerimis. Benarlah adanya, kami melakukan perjalanan pulang selama ± 4 jam malam hari (tentu ini juga dikhawatirkan oleh temanteman saya) dan dibawah guyuran hujan! Yap, sepanjang perjalanan Madura-Surabaya dibawah guyuran hujan dan malam hari. Benarbenar menyeramkan namun menyenangkan! Saya masih mau melakukan perjalanan yang semacam ini, naik motor dan jauh, tapi entah teman saya. Haha..

Tiba di Kota Surabaya setalah melewati Jembatan Suramadu, melawan hujan yang cukup deras dan angin yang cukup kencang di atas sang jembatan, pukul sembilan malam. Hmm... tangan kami berkerut karena basah, kami menggigil kedinginan, seketika teman saya flu. Kami memilih segera mencari makan malam, meskipun akhirnya kami memilih bawa pulang. Tapi bebek goreng dari Surabaya memang maknyus, ditambah lagi dengan nasinya yang masih hangat, jadi cukup menghangatkan badan kami yang kedinginan.

Ah, Madura.. Saya mau kalo kesana lagi.. Hehe..
Tapi nanti ya..
Saya masih ingin ke tempattempat menarik lainnya..

That was a great experience!! Haha..

Terima kasih, Alhamdulillah.. :)