Malam ini aku terhenyak di atas kasur di istana paling indah.. Ditemani suara tivi dan laptopku..
Beberapa jam yang lalu hingga saat ini aku merasakan sakit yang sangat. Sakit gigi..
Bukan sakit hati seperti yg mereka keluhkan di status di facebook karena malam minggu yang sepi.
Beberapa hari yang lalu kurenungkan kembali, cinta tak memiliki teori.
Bila cinta itu dijabarkan, maka diktat ribuan halaman mungkin tidak akan menyelesaikannya.
Ribuan?? Lalu bagaimana dgn jutaan??
Hahaha...
Beberapa menit yang lalu, kudengar sebuah kabar gembira. Bila kuberani mengambil keputusan itu, maka hilanglah kesempatanku meraih cita-citaku saat ku SMA. Tapi bila aku berani mengambil keputusan itu, maka cita-citaku ketika ku kecil pun tercapai. Ku tunggu kesempatan itu satu setengah tahun lagi bila Tuhan masih memberiku kesempatan, dan tentunya aku tidak mau gigiku menjadi masalah dalam meraih kesempatan apapun itu.
Beberapa hari kedepan, aku harus bersiap untuk merubah langkahku. Bukan langkah untuk berlari, tapi langkah untuk sebuah perubahan. Perubahan yang menentukan.
Melangkah ditemani sakit gigi dan segala tenggat waktu yang tersisa dengan melawan arus ketidakmampuan yang memang harus diselesaikan.
Allah... Engkau Maha Besar...
Lapangkan dadaku...
Ibu, Bapak... Doa dari kalian benar-benar kuharapkan...
Sahabat... Semangat darimu benar-benar sebuah berlian untukku saat ini...
Cinta... Aku tidak butuh kau saat ini...
Gigiku... Cepatlah sembuh...
Sunday, February 28, 2010
Saturday, February 20, 2010
Cerah dan Mendung
Pagi ini cerah. Setelah seharian kemarin hujan turun mengguyur Surabaya. Mendung hebat menghitamkan kota. Cuaca yang mendukung untuk merebahkan diri di atas kasur di bawah selimut. Terlupakan janjiku pada seorang teman untuk mendiskusikan tugas kuliah.
Pagi ini cerah. Setelah seharian kemaren mendung menemani hatiku yang tidak jelas apa maunya.
Kadang mendung tiba, kadang mendung pergi.
Pagi ini memang cerah. Tapi tak secerah hatiku. Entah apakah mendung akan datang lagi hari ini. Semoga tidak. Kusiapkan hatiku untuk setiap hariku. Menghadapi hari yang akan datang.
Kusiapkan hatiku menerima cercaan sahabat. Aku sudah biasa.
Kusiapkan hatiku menghadapi sosokmu. Mencoba biasa saja.
Thursday, February 18, 2010
Bahuku dan Bahumu
Lihatlah sosoknya...
Ia begitu tampan...
Ia tinggi...
Ia atletis...
Namun Ia tidak sombong...
Lihatlah dirinya...
Ia begitu penyayang...
Ia sholeh...
Ia pengertian
Namun Ia begitu tegas...
Lihatlah langkahnya...
Ia begitu galau...
Ia melankolis...
Ia menangis...
Namun Ia begitu kuat...
Ia tetap dirinya...
dan tak ada dirinya yang lain...
Ia adalah ia...
tetap tegar melewati puingpuing cobaan...
Kata-katanya begitu indah...
Seindah dirinya ketika menyanyi...
Nasehatnya begitu bijak...
Sebijak dirinya dalam melangkah...
Sikapnya begitu mulia...
Semulia baktinya pada Ibu Bapaknya...
Sahabatku....
Kusediakan telingaku untuk mendengar keluhkesahmu...
Seperti kau sediakan bahumu untukku bersandar...
Katakan apa yang membuatmu bersedih...
Senyummu mengindahkan setiap langkahmu...
Selalu kusediakan tempat sekecil apapun untukmu...
Agar ku juga bisa merasakan sedihmu...
Lalu merasakan senangmu...
Wednesday, February 17, 2010
angkuhku...
Aku melangkah, dengan angkuhku...
Aku melangkah, dengan aroganku...
Aku melangkah, dengan acuhku...
Aku melangkah, dengan diamku...
Aku adalah aku dimana aku berpijak...
Aku bersama diriku tak perlu dirimu...
Aku dan langkahku bersama mauku...
Tak perlu dirimu...
Angkuhku...
Tak membutuhkanmu...
Hanya diriku...
Mereka telah berkata...
Aku dan angkuhku...
Mereka telah menyapa...
Aku dan acuhku...
Mereka telah menegur...
Aku dan mauku...
Aku adalah patung...
Diam dan arogan...
saya sudah mengaku cukup lelah menampik anggapan semua para sahabat saya...
saya terlalu gengsi mengungkapkan bahwa perkataan mereka benar...
sedangkan para sahabat terlalu sabar menunggu saya datang bersama diri saya yang baru...
sudah gatal telinga saya mendengar ucapan mereka...
sudah gatal hati saya ikut berbolakbalik...
tapi saya tetap teguh saya adalah orang yang angkuh...
frontal, kata ini baru saya dengar dari seorang sahabat...
munafik, kata ini juga yang begitu frontal dikatakan oleh seorang yang lain...
saya hanya tersenyum karena speechless...
lalu setiap pembicaraan akan berakhir seperti ini...
"sampai kapan kamu terus begini??"
terus terang saya heran, mengapa mereka begitu pusing memikirkan diri saya??
saya pikir saya baik-baik saja...
maka biarkan saya berjalan apa adanya. dengan langkahku.dengan angkuhku.
suatu saat saya akan membuka hati. saya percaya, sahabat juga percaya.
Aku melangkah, dengan aroganku...
Aku melangkah, dengan acuhku...
Aku melangkah, dengan diamku...
Aku adalah aku dimana aku berpijak...
Aku bersama diriku tak perlu dirimu...
Aku dan langkahku bersama mauku...
Tak perlu dirimu...
Angkuhku...
Tak membutuhkanmu...
Hanya diriku...
Mereka telah berkata...
Aku dan angkuhku...
Mereka telah menyapa...
Aku dan acuhku...
Mereka telah menegur...
Aku dan mauku...
Aku adalah patung...
Diam dan arogan...
saya sudah mengaku cukup lelah menampik anggapan semua para sahabat saya...
saya terlalu gengsi mengungkapkan bahwa perkataan mereka benar...
sedangkan para sahabat terlalu sabar menunggu saya datang bersama diri saya yang baru...
sudah gatal telinga saya mendengar ucapan mereka...
sudah gatal hati saya ikut berbolakbalik...
tapi saya tetap teguh saya adalah orang yang angkuh...
frontal, kata ini baru saya dengar dari seorang sahabat...
munafik, kata ini juga yang begitu frontal dikatakan oleh seorang yang lain...
saya hanya tersenyum karena speechless...
lalu setiap pembicaraan akan berakhir seperti ini...
"sampai kapan kamu terus begini??"
terus terang saya heran, mengapa mereka begitu pusing memikirkan diri saya??
saya pikir saya baik-baik saja...
maka biarkan saya berjalan apa adanya. dengan langkahku.dengan angkuhku.
suatu saat saya akan membuka hati. saya percaya, sahabat juga percaya.
Subscribe to:
Posts (Atom)