Monday, March 15, 2010

bolehkah saya kecewa?

Sudah 2,5 tahun saya tinggal di Surabaya, mengemban ilmu demi cita-cita.
Berusaha mengembalikan apa yang sudah bapak dan ibu berikan pada saya.
meskipun tidak akan pernah bisa kembali, setidaknya membuat mereka tersenyum ikhlas saja saya sudah bahagia.


Ketika itu saya di bangku SMA.
polemik remaja saya hadapi seperti remaja pada umumnya.
saya pernah menyulut api, lalu saya terbakar.
saya tidak pernah mau mengulanginya lagi.
saya takut karma.
sesuatu yang sudah saya bakar itu sudah hangus dan menjadi abu lalu pergi bersama angin.
saya tidak mau mengulanginya lagi.
apalagi saya pun dibakar amarah oleh seseorang.


Waktu itu saya adalah remaja yang penuh masalah.
Masalah yang rumit..menurut saya..
Sejak kecil saya pernah punya sahabat.
tapi ternyata ciriciri orang munafik yang saya pelajari pada mata pelajaran agama saat SD, ada pada diri sahabat saya.
saya kecewa, dan saya menghindarinya... meskipun sampai sekarang saya masih berteman baik dengannya.

Seiring dengan waktu, sahabat saya berganti dan bertambah.
Saya mengenali banyak sahabat sekarang.
tapi tidak ketika di bangku kuliah.
Saya lelah.


Saat kuliah, saya hengkang dari masalahmasalah yang dulu.
saya meninggalkan masalah SMA.
saya siap menghadapi masalah baru.
tapi tentu saja, saya lebih senang bila saya tidak memiliki masalah.
dan saya benarbenar tidak memiliki masalah selain masalah dengan kuliah.
masalah pertemanan, sistem organisasi kampus, saya anggap aksentuasi kehidupan.
saya adalah orang yang paling santai hingga saat ini.


saya pikir saya findfind saja.
ternyata tidak.
masalah remaja berulang lagi.
kali ini dengan seorang sahabat yang sangat saya sayangi.

Saya punya satu sahabat baik.
Kami sahabat pena.
pena elektronik tepatnya.
dia mengajarkan pada saya tentang banyak hal.

kami selalu saling sharing dan berbagi cerita.

Tapi tidak untuk saat ini.
saya sedang bersedih.
sepertinya saya bermasalah dengan dia.
saya sedikit tersinggung dengan sikapnya.
tapi mungkin dia lebih tersinggung dengan ucapan saya.
sejauh kami bersahabat, saya pikir kami baikbaik saja.
ternyata tidak.
saya adalah remaja yang biasa saja yang banyak menyakiti orang karena ucapan saya.
saat ini saya sedang instrupeksi diri.
tapi sahabat yang selalu mendukung saya tibatiba menjauh.
saya tidak tahu alasannya.

menurut pikiran saya,
saya berucap seperti itu karena dia yang membuat saya terpaksa mengucapakan..
saya tersinggung dengan sikapnya.
tapi ternyata dia lebih tersinggung dengan ucapan saya.
lalu mana yang benar?
mengingat saya selalu didesaknya bila ada sesuatu yang janggal dengan saya untuk bercerita.
sedangkan saya tidak bisa berbuat apaapa bila ia tidak mau cerita.
padahal saya cerita karena saya terpaksa, saya juga ingin tidak mau cerita seperti dia.
saya juga ingin minta waktu berpikir sendiri dan tidak mau cerita seperti yang dia lakukan.
untuk hal ini, "lalu aku kamu anggap apa?" tidak berlaku.
saya kecewa..

No comments: