“Lus, kamu kok kurusan? Sepertinya kamu harus banyak makan lagi”
Begitu kata seorang teman baik lelaki saya. Ada sedikit rasa malu di dalam hati. Tapi tak apalah, dia teman baik saya yang sudah mengenal saya seperti gimana.
“ya, stress mungkin?”
Jawab saya
simple.
Tidak sedikit yang menegur saya dengan perkataan sejenis.
“Nduk, kamu kok kurus?” kata teman ibu saya.
“Hei, Lusy... kamu kok keliatan kurus??” kata sahabat saya. Yang paling mengena di benak saya adalah pernyataan teman kantor saya beberapa bulan lalu ketika melihat beberapa foto di Facebook saya.
“Hah?? Lusy, ini beneran kamu?? Kamu disini keliatan gendutan loh.. kamu kok bisa sekurus ini sekarang??” hmm...saya tidak bisa menjawab, hanya menaikkan alis dan bahu saja.
Bagian paling menonjol bila saya terlihat kurus terdapat pada bagian pipi saya. Tirus. Begitu singkat dan jelas. Bentuk badan? Aman. Begitu kata sahabat saya. Sahabat saya beberapa kali berseru,
“enak yo Lus, awakmu.. mangan akeh gak mikir.. awak e sik pancet ae!” teman saya iri dengan bentuk badan saya yang aman dan jarang terlihat perubahan yang begitu signifikan bila saya makan tidak terkontrol. Teman baik saya yang lelaki itu juga pernah bilang,
“kamu tirus banget. Kamu kurusan deh kayaknya.” Ah.. lucu juga. Disaat sekeliling saya banyak yang mengeluh ingin menurunkan berat badan, saya justru memendam kebingungan saya untuk menaikkan berat badan saya.
Saya pernah mengalami perubahan berat badan yang cukup mengejutkan. 2 kg dalam waktu 2 minggu. Selama 2 minggu itu saya beranikan diri mengkonsumsi jus alpukat malam hari, sebelum tidur. Pencernaan saya jadi lancar, dan berat badan saya meningkat. Itu terjadi ketika saya berada pada masa peralihan SMA menjelang mahasiswa. Masih belum puas, saya ngoyoh lagi, tapi tidak terjadi perubahan apapun. Mungkin karena tugastugas kuliah saya yang membuat saya sering begadang hingga pagi. Jadi meskipun saya makan porsi kuli ala kampus, tapi tetap saja tidak ada perubahan yang terjadi. Tetap seperti itu selama beberapa tahun.