Tuesday, September 18, 2012
Berat Badan ("-_-)
“Lus, kamu kok kurusan? Sepertinya kamu harus banyak makan lagi”
Begitu kata seorang teman baik lelaki saya. Ada sedikit rasa malu di dalam hati. Tapi tak apalah, dia teman baik saya yang sudah mengenal saya seperti gimana.
“ya, stress mungkin?”
Jawab saya simple.
Tidak sedikit yang menegur saya dengan perkataan sejenis. “Nduk, kamu kok kurus?” kata teman ibu saya. “Hei, Lusy... kamu kok keliatan kurus??” kata sahabat saya. Yang paling mengena di benak saya adalah pernyataan teman kantor saya beberapa bulan lalu ketika melihat beberapa foto di Facebook saya. “Hah?? Lusy, ini beneran kamu?? Kamu disini keliatan gendutan loh.. kamu kok bisa sekurus ini sekarang??” hmm...saya tidak bisa menjawab, hanya menaikkan alis dan bahu saja.
Bagian paling menonjol bila saya terlihat kurus terdapat pada bagian pipi saya. Tirus. Begitu singkat dan jelas. Bentuk badan? Aman. Begitu kata sahabat saya. Sahabat saya beberapa kali berseru, “enak yo Lus, awakmu.. mangan akeh gak mikir.. awak e sik pancet ae!” teman saya iri dengan bentuk badan saya yang aman dan jarang terlihat perubahan yang begitu signifikan bila saya makan tidak terkontrol. Teman baik saya yang lelaki itu juga pernah bilang, “kamu tirus banget. Kamu kurusan deh kayaknya.” Ah.. lucu juga. Disaat sekeliling saya banyak yang mengeluh ingin menurunkan berat badan, saya justru memendam kebingungan saya untuk menaikkan berat badan saya.
Saya pernah mengalami perubahan berat badan yang cukup mengejutkan. 2 kg dalam waktu 2 minggu. Selama 2 minggu itu saya beranikan diri mengkonsumsi jus alpukat malam hari, sebelum tidur. Pencernaan saya jadi lancar, dan berat badan saya meningkat. Itu terjadi ketika saya berada pada masa peralihan SMA menjelang mahasiswa. Masih belum puas, saya ngoyoh lagi, tapi tidak terjadi perubahan apapun. Mungkin karena tugastugas kuliah saya yang membuat saya sering begadang hingga pagi. Jadi meskipun saya makan porsi kuli ala kampus, tapi tetap saja tidak ada perubahan yang terjadi. Tetap seperti itu selama beberapa tahun.
Namun di tahuntahun terakhir saya kuliah, tibatiba terjadi penaikan berat badan lagi. Naik 2 kg lagi. Betapa senangnya. Saya pernah mendengar berat badan yang ideal adalah jumlah tinggi badan dikurangi 55 kg. Dan berat badan saya mendekati titik ideal itu. Ya, sahabat saya yang sangat mengetahui siklus berat badan saya pun mengatakan, saya lebih pantas dengan berat badan saya saat itu. “jangan ditambahi, jangan dikurangi. Pertahankan! Dan kamu pasti mengalami kesulitan. Hahahaha” begitulah nasehat sekaligus ejekannya kepada saya. Ibu saya juga bilang, “wes, ojo lemu-lemu. Sakmono ae, ojo ditambahi.” Pernah seseorang lelaki yang pernah berarti dalam hidup saya juga berkata demikian, “kamu beratnya segitu saja cukup, jangan dikurangi, jangan ditambahin. Udah enak dilihat dan dipeluk.” Hahaha... pernyataan yang sejujurnya tidak pernah saya dengar sebelumnya.
Berat badan ideal itu saya dapatkan ketika saya menginjak semester 6 kuliah saya. Dan bertahan hingga akhir perkuliahan saya. Saya memang bukan orang yang suka nyemil. Saya lebih memilih makan daripada nyemil. Tapi bukan berarti saya tidak suka nyemil, saya juga akan nyemil di waktuwaktu tertentu. Misalnya, ketika saya harus begadang mengerjakan tugas akhir saya. Nyemil menjadi pilihan pendamping kopi saya, bila tidak ada makanan, asam lambung saya bisa mengganggu proses kerja saya nantinya. (Ya, saya penyuka kopi, tapi saya punya maag, jadi saya sekarang meminum kopi bila saya membutuhkannya saja). Dan cemilan berat seperti kue dan sejenisnya menjadi pilihan saya, bukan cemilan ringan seperti snack dan sejenisnya.
Di rumah, saya adalah orang paling kurus. Melihat riwayat berat badan keluarga saya, ibu dan bapak saya pernah gemuk. Bahkan kakak dan adik saya juga gemuk. Perawakan kurus yang saya alami ini terlihat jelas didukung dengan bentuk muka saya yang lonjong. Sedangkan di keluarga saya, selain saya, semua memiliki bentuk muka oval. Lalu saya ini anak siapa?? Hahaha.. itu Cuma masalah gen dari keluarga besar ibu saja. Hehe..
Berat badan ideal saya hancur seketika, ketika saya mulai pertama kali bekerja. 2 minggu awal saya bekerja, saya jarang sarapan, padahal saya termasuk orang yang yang ‘tidak bisa tanpa sarapan’. Namun saya tidak merasa tidak bisa saat itu. Setiap kali bangun pagi, saya merasa mual dan tidak ingin makan. Lalu ketika makan siang dan makan malam, porsi makan saya berkurang drastis. Setengah bahkan seperempat dari biasanya. Entah kenapa, mungkin karena tubuh saya mengalami shock karena aktivitas baru saya, bekerja. Teman kerja saya yang sekaligus teman kuliah saya dulu juga berkata bahwa saya terlihat agak kurusan. Apalagi sahabat saya. Berat badan saya turun 2 kilogram. Ah, perjuangan saya 1 semester lalu dan pertahanan saya selama 2 semester kemarin terasa siasia. Saya mau menaikkan berat badan saya lagi.
Berat badan saya tak kunjung memulih. Akhirnya saya tak pedulikan. Saya pindah kerja di kantor baru. Saya pikir saya bisa menaikkan berat badan saya karena saya merasa bahagia dengan pekerjaan yang sesuai dengan bidang saya sekarang. Saya juga jadi bisa mengalihkan pikiran saya tentang seseorang yang pernah mengendap di hati saya yang mungkin menjadi salah satu faktor berat badan saya turun karena stress pekerjaan dan banyak pikiran lain. Ternyata sangat jauh dari perkiraan. Hahaha... tempat kerja saya yang baru justru membuat saya stress. Saya sering lembur hingga jam 11 malam. Makan telat, ada tekanan, serta sedikit depresi karena situasi kantor yang jauh dari kata normal, kondusif dan manusiawi. Berat badan saya turun lagi 2 kg! Ah... saya pernah merasakan baju dan celana saya yang kesempitan, sekarang merasakan lagi yang namanya kedodoran. Hahaha..
Setelah beberapa bulan tidak bertemu dengan teman baik lelaki saya itu, akhirnya kami bertemu dan pernyataan seperti di paragraph awal itu tadi lah yang muncul setelah saya memuji dirinya yang berat badannya sudah tidak kurus lagi. Hahaha... sahabat saya juga men-support saya untuk menaikkan kembali berat badan saya. “mumpung kamu sudah keluar dari kantor gila mu itu, dan belum bekerja berat lagi..” Teman kantor saya yang kurus juga sedang berjuang menaikkan berat badannya saat ini setelah beberapa bulan sakit fisik dan psikis di kantor gila itu. Hahaha... kami masih saling sharing mengenai berat badan kami di whatsapp beberapa kali.
Kakak sepupu saya selalu meledek saya, “dek, kamu pasti melar ya sekarang? Udah gak kerja lagi, kerjamu kan makan-tidur-makan-tidur di rumah.” Edan! Padahal dia yang melar gak karuan. Saya malah kurus gak ketulungan. Ketika saya berfoto melalui ponsel saya, ya, saya melihat pipi saya begitu tirus dan terlihat kurus. Saat ini saya sedang program penggemukan badan. Hahaha... sahabat saya mengajak saya makan di luar bila ada waktu kami pergi bersama. Lalu dia memaksa saya memesan makan bukan kudapan meskipun saya sudah makan malam, dan merekomendasikan jus alpukat sebagai menu minuman untuk saya pilih. “biar gendut, Lusy...hehehe...” begitu katanya.
Itu tadi hanya beberapa orang yang mengatakan saya kurusan. Masih banyak lagi yang belum tersebut. Banyak yang bilang saya kurusan, apalagi mereka yang jarang bertemu lalu tibatiba bertemu saya. I want my heavy back. Hehehe... but if I can’t, no problem. I believe, after I got my marriage, I’ll get my weight. Hahaha... itu kata sahabat saya menenangkan saya. Padahal saya tidak takut terlalu kurus dan tidak takut terlalu gemuk. Yang penting saya sehat. Itu saja. Pada akhirnya, saya harus pandaipandai mengatur pola makan saya, supaya saya tidak diabetes atau kolesterol pada usia nanti. So, I think I have to enjoyed it.
Saya ini nulis apa toh ya?? mesti gak nyadar..
Tapi ada, susu putih full cream sedang menemani saya menulis :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
gak ada masalah kok kamu kurus apa nggk...kau kurus kek ato gemuk kek ttp lusy...
^_^
Post a Comment