Saturday, May 17, 2014
Surat elektronik saya untuk Kau
Mendadak ingin beberes blog yang usang ini,
Membersihkan dan mulai merapikan dan mengisi kembali.
Tibatiba bersemangat ingin menulis kembali.
Apapun itu isinya.
Empat hari yang lalu saya bertelpon-ria dengan seorang sahabat di seberang pulau.
Sudah bertahuntahun kami tak bertemu.
Beberapa tahun terakhir, komunikasi cantik lewat telpon dan sms berubah.
Ada Line yang menjadi perantara komunikasi kami.
Kami juga saling stalking status terbaru kami lewat timeline.
Lucunya, kami seolah saling menjaga jarak.
Ia tak ingin kekasihnya cemburu dengan saya.
Begitu pula saya, ingin kekasihnya baikbaik saja dengan persahabatan kami.
Lalu kami saling mengaku di ujung telpon beberapa hari lalu.
Bahwa kami saling merindukan.
Tentunya tak lebih dari sahabat.
Kami sependapat.
Percakapan yang dulunya terdengar emosional, seolah kini berubah sedikit lebih dewasa dan bijak.
Terbesit rasa canggung di benak saya, ada rasa yang tak renyah se-renyah dulu.
Tapi saya baikbaik saja.
Melihat percakapan ini kembali normal, saya sudah senang bukan kepalang.
Dia selalu menunggu tulisan saya.
Inilah alasan saya menggebugebu ingin menulis lagi.
Diamdiam saya berjanji.
Akan saya sampaikan kepadanya apa yang sedang saya tulis.
Saya akan sampaikan apa yang sedang bergulat di otak saya.
Diamdiam pula saya berjanji akan mengunjunginya tahun ini.
Bila Tuhan menghendaki, InsyaAllah..
Hai, Sahabatku di seberang pulau.
Tunggu aku menjengukmu.
Dan Kau harus mau menemaniku berdansa di atas kegelisahan kita!
Tanggalkan pikiranmu tentang usia kita.
Kita punya sisi naif yang meliar.
Kau harus mau dan setuju!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment